Indeed,
beberapa hal memang hanya bisa kita sadari ketika melambatkan langkah. Seperti perspektif yang baru, perasaan yang lain, diri yang sesungguhnya..
Buku ini terdiri dari delapan bab yang setiap babnya membahas persoalan kehidupan sehari-hari & mindfulness. Di setiap bab, penulis -Haemin Sunim- membagikan kisah juga pemikirannya, lalu dilanjutkan dengan kalimat-kalimat bijak yang ringkas dan to the point.
Bagian yang paling saya suka adalah epilog, sebuah paragraf dengan judul 'wajah sejati kita'
...Ketika kita begitu sibuk, bawa segenap kesadaran ke masa kini dan hiruplah napas dalam-dalam. Apa yang kita dengar? Apa yang kita rasakan? Kebijaksanaan akan muncul dengan sendirinya saat kita melambatkan diri dan menyadari apa yang ada. Saat kita menyadari semakin bayak hal di masa kini kita akan menyadari bahwa ada pengamat yang diam dalam diri kita. Di tengah kesunyian, sang pengamat menyaksikan apa yang ada di dalam dan diluar diri kita. Berkawanlah dengan pengamat hening itu. Temukan dimana ia bersemayam dan wujud apa yang dipakai. Jangan coba untuk membayangkannya seperti seuatu yang kita tahu. Biarkan semua pikiran lenyap dan rasakan kehadirannya. Jika kita melihat wajah pengamat hening itu, kita telah menemukan wajah sejati kita, wajah yang sudah ada sebelum kita lahir...
Saya suka sekali dengan kalimat penutup ini. Rasanya kita tidak akan kesepian meskipun sendirian. I recognize si pengamat as my true self. Mungkin beberapa dari kita sudah berkawan dengannya, beberapa belum menyadarinya dan beberapa sedang mencarinya. Kalau saya, saya sedang mencarinya.. Dan saya tau dia ada disini, hanya perlu di sadari keberadaannya :)
Nah, ini dia beberapa perspektif yang saya suka :
*
Saya menyelipkan diri ke dalam gerbong kereta bawah tanah.
Orang-orang berimpitan di sekitar saya. Saya bisa merasa jengkel atau malah senang karena tidak perlu berpegangan.
Orang-orang mengadapi situasi yang sama dengan cara yang berbeda.
Jika kita mau melihat lebih dekat, maka kita akan paham bahwa yang mengusik ktia bukanlah keadaan dunia, melainkan cara pandang kita.
***
Tiga Wawasan yang Membebaskan
Pertama, orang-orang tidak sepeduli itu dengan diri saya daripada yang selama ini saya kira
Kedua, tidak semua orang harus menyukai saya
Ketiga, jika kita benar-benar jujur kepada diri sendiri, kebanyakan hal yang kita lakukan demi orang lain sesungguhnya kita lakukan untuk diri kita sendiri.
*
Jagalah pikiran tetap positif, sebab pikiran akan menjadi tutur kata kita
Jagalah tutur kata tetap positif, sebab tutur kata akan menjadi perilaku kita
Jagalah perilaku tetap positif, sebab perilaku akan menjadi kebiasaan kita
Jagalah kebiasaan tetap positif, sebab kebiasaan akan menjadi nilai kita
Jagalah nilai tetap positif, sebab nilai akan menjadi takdir kita - Mahatma Gandhi
*
Pengetahuan ingin berkata.
Kebijaksanaan ingin mendengar.
*
Kita lebih memilih mendengar kata-kata yang jujur daipada kata-kata yang tepat.
Kita lebih memilih tindakan daripada mendengar kata-kata yang jujur.
Dan tindakan jauh lebih berharga daripada kata-kata.
***
Saat kita hendak mengambil keputusan penting, akan ada sedikit keraguan sebelum kita membubuhkan tanda tangan hitam di atas putih.
Jangan mengundurkan diri.
Kita sudah sampai sejauh ini setelah memikirkannya sungguh-sungguh.
Jangan menengok kebelakang. Teruslah melangkah dengan berani, layaknya badak bercula satu.
*
"Apa saya bisa bertingkah seperti anak kecil di depan orang itu?"
Saat kita mencintai seseorang, kita akan merasa seperti anak kecil di dalam hati.
***
Saat kita mengambil keputusan, cobalah untuk menilai berapa banyak orang yang akan merasakan manfaatnya. Apabila keputusan itu hanya memuaskan ego kita dan malah menyakiti orang bannyak, berarti itu keputusan yang salah.
***
Apa kita berkembang? Apa kita berhasil?
Jika ya, pastikan apakah kita sukses
dengan mengorbankan orang lain
atau bersama orang lain.
Jika kita menyingkirkan orang lain untuk meraih kesuksesan, kita akan ditenggelamkan ketika gelombang pasang datang.
*
Saat kita mengajukan pertanyaan
dan tidak ada yang menanggapi,
itulah jawabannya.
***
P.
Haemin Sunim's other book :
Love For Imperfect Things

Comments
Post a Comment